Sumba Island

Sumba atau di sebut Humba dan orang asli Sumba di sebut Tau Humba, Sumba adalah sebuah surga, sebuah surga tersembunyi yang belum banyak dikenal orang, sehingga banyak orang berpikir Sumba itu jauh dan sulit untuk kunjungi.

 

Terbayang Sumba adalah sebuat pulau yang sepi dan memiliki banyak tempat yang indah dari pantai yang bersih dan alami hingga savanadan perbukitan yang memberikan ketakjuban serta memiliki budaya yang unik yang masih terjaga dengan baik. Di sini kita akan menjumpai sesuatu yang berbeda dari tempat lain yang memberikan inspirasi kehidupan.

 

Sumba adalah sebuah pulau di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Luas wilayahnya 10.710 km², dan titik tertingginya Gunung Wanggameti (1.225 m). Sebelah selatan dan barat Sumba adalah Samudra Hindia, sebelah utara disebut Selat Sumba dan di bagian timur adalah Laut Sawu serta disebelah barat laut berdekatan dengan pulau Sumbawa, di timur laut adalah pulau Flores dan di selatan adalah Australia. Pulau ini sendiri terdiri dari empat kabupaten: Kabupaten Sumba Barat, Kabupaten Sumba Barat Daya, Kabupaten Sumba Tengah, danKabupaten Sumba Timur. Kota terbesarnya adalah Waingapu ibukota Kabupaten Sumba Timur. Untuk menuju Sumba bisa menggunakan Pesawat maupun Kapal Feri.

 

Perjalanan  jelajah ini Kami memilih Sumba karena ingin melihat dan menikmati Pesona yg sesungguhnya, melihat alam yang damai dan berinteraksi dengan penduduk pedesaan dan menyapa serta berbagi kepada anak-anak yg sedang belajar. Menuju Sumba kami memilih jalan darat menggunakan mobil double cabin 4×4 dengan stok solar tangki yg cukup besar sehingga bisa menjelajah cakup jauh untuk bisa mendukung penjelajahan ditempat2 yg terpencil. Kami berangkat dari Bali melalui pulau Lombak dan Sumbawa kemudian kami menyebrang laut dari Sape (Sumbawa) ke Waikelo (Sumba) mengunakan kapal feri selama 10 jam.

 

Informasi tentang Sumba kami peroleh dari temen dan internet. ini adalah petualangan sehingga persiapan harus matang dan bekal harus maksimal seperti tempat air, tenda, kompor makanan dll. Petualangan ini sangat mengesankan karena banyak rasa yg kami alami selama mengelilingi daratan Sumba dari barat timur selatan tengah
dan utara dengan melintasi jalur pantai dan pegunungan yang kering karena saat itu sedang akhir musim kemarau menjadikan pemandangan dengan warna kecoklatan rumput dan pohon yang kering yg dihiasi banyak kuda sapi dan kerbau bebas menjelajah padang savanna yg sangat luas mencari sisa-sisa rumput yg bisa dimakan, kadang kemi melintas hutan yang tidak begitu luas namun bisa untuk melepas dahaga, pemandangan tersebut makin keliahatan liar dan menakjubkan. “inilah Sumba”.

 

Saat dari Waikelo disisi barat menuju Waingapu di ujung timur melalui jalur tengah cukup nyaman dgn aspal yg baik dan sepi kendaraan sehingga kami leluasa untuk berhenti dimana saja untuk menikmati keindahan alam Sumba,Namun saat melintas di Sumba timur dari Karera Sumba bagian selatan ke Waingapu di utara melewati Tanarara banyak kejutan dalamperjalanan ini kadang kami harus mengendarai dijalan yg sangat terjal, sempit dan curam dan kanan kiri adalah jurang yg dalam selain itu juga berkelok kelok dan kadang dengan jalan yg berbatu dan pasir bercampur tanah kering. Sewaktu dari Waingapu ke Sumba Tengah Mamboro melintas daerah yg terpencil kadang kami berjalan sendirian tanpa ada kendaraan lain melintas sepanjang puluhan kilometer, sejauh mata memandang berupa tanah gersang berbatu dengan padang savanna yg kering dan tidak ada rumah penduduk, walaupun jalan cukup baik dan rata namun ini merupakan sensasi sendiri, Penduduk lokal pun jarang yg memilih jalur ini.

 

“Kami rasakan ini adalah perjalanan yg liar”. Perjalanan ini membutuhkan tekad yang kuat dan persiapan yg mencukupi agar tidak tersiksa. Kadang kami tidur di rumah penduduk atau di teras bambu, dengan udara di pegnungan yg sangat dingin saat malam hari membuat kami tidur dgn sleeping bag, dipegunungan temperature
antara siang dan malam perbedaan suhu cukup tajam. Siang sangat panas dan malam sangat dingin. Suasana cukup nyaman apalagi saat tidur di savanna di Sumba Timur bagian Selatan dengan tenda membuat lebih dekat mengagumi alam dan sebelum tidur kami bakar ayam untuk untuk makan malam diterangi langit cerah yg berbintang, “indahnya dunia ini adalah kenyataan bukan mimpi”

 

Menjelajah Sumba Barat suasana agak berbeda karena tidak banyak savanna, pepohonan lebih banyak kadang kita jumpai persawahan namun kondisi jalan beraspal tidak jauh berbeda, kadang jalan rusak atau hanya tanah berbatu dan sepi, cukup bervariasi. Dalam perjalanan tersebut tanpa disengaja kami menuju jalan buntu ke pantai, sebuah hamparan pantai berpasir putih yg sangat panjang sedikit berupa teluk sehingga ombak samudra tidak besar, air laut yg tampak biru toska menambah keindahan alam ini, kelelahan perjalanan sepanjang hari mendapat hadiah untuk berenang di pantai yg tenang nan indah. Di tepi pantai tsb ada sebuah gubuk berupa rumah panggung yg kecil dan sederhana dan kami mencari pemilik yg tinggal tidak jauh dari tempat tersebut untuk minta ijin. Pemilik mempersilahkan untuk tinggal berapa hari dan menawarkan kelapa muda dipohon untuk memetik sendiri ”ini adalah surga lain di Sumba”.

 

Selain menikmati pemandangan kami juga banyak melihat dan mengunjungi desa, banyak desa yang masih menjaga tradisi bentuk bangunan adat, konsep dari bangunan rumah tinggal tsb cukup unik, atap mirip bangunan Joglo di jawa tetapi pembagian ruang berbeda selain itu rumah adat Sumba berbentuk panggung dan di sekitar lokasi tsb ada kuburan yg terbuat dari batu yg terletak diatas tanah. Penduduk desa sangat ramah dan banyak anak-anak yg ceria, masyarakat sumba sangat gemar menguyah kinang, Saat berkunjung ke rumah mereka maka akan disuguhi sirih pinang, “Ini keramahan Sumba”

 

Tenun Sumba sangat terkenal karena kaya akan motif yang rumit dan banyak warna. Motif pola kotak atau segitiga yang simetris serta motis fauna yang mudah dikenali di Sumba seperti buaya, rusa, kuda dll banyak terdapat di Sumba Timur sedangkan di Sumba barat Motif Tenun lebih sederhana. Proses pembuatan Tenun Sumba sangat rumit. Benang yg digunakan bukan bikinan pabrik namun mereka memintal kapas dengan alat trasisional sehingga keunikan tenun lebih indah dan setiap hasil tenun tidak sama, selain itu pewarnaan yg terbuat dari alam seperti daun dan akar pohon. Kain Tenun Sumba selain berfungsi sebagai busana sehari-hari yang masih bayak di gunakan oleh masyarakat Sumba juga berfungsi sebagai harta benda dan perangkat religious. “Sebuah karya seni Sumba yang tinggi”

 

Budaya: Pasola dan Nyale adalah budaya yang saling berkaitan dan berlangsung di Sumba Barat. Pasola berasal dari kata  yang berarti sejenis lembing kayu yang dipakai untuk saling melempar dari atas kuda yang sedang dipacu kencang oleh dua kelompok yang berlawanan. Setelah mendapat imbuhan `pa' (pa-sola, pa-hola), artinya menjadi permainan. Jadi pasola atau pahola berarti permainan ketangkasan saling melempar lembing kayu dari atas punggung kuda yang sedang dipacu kencang antara dua kelompok yang berlawanan. Pasola dilaksanakan di bentangan padang luas, disaksikan oleh segenap warga dari kedua kelompok yang bertanding. Pasola tsb diawali dengan pelaksanaan adat Nyale. Adat nyale adalah salah satu upacara rasa syukur atas anugerah yang didapatkan, yang ditandai dengan datangnya musim panen dan cacing laut yang melimpah di pinggir pantai. Adat tersebut dilaksanakan pada waktu bulan purnama dan cacing-cacing laut (dalam bahasa setempat disebut nyale) keluar di tepi pantai. Para Rato (pemuka suku) akan memprediksi saat nyale keluar pada pagi hari, setelah hari mulai terang. Di Sumba kita masih bisa menjumpai rumah adat dalam kelompok yang terdiri puluhan bangunan yg dekelilingi pagar batu.

 

Rumah adat Sumba biasa disebut Rumah Menara atau Uma Mbatangu, keunikan rumah adat Sumba memiliki atap menara seperti joglo tetapi lebih tinggi bisa mencapai 12m setinggi pohon kelapa. Bangunan rumah berupa panggung terbuat dari kayu dan bamboo serta atap terbuat dari alang-alang, Setiap rumah tradisional memiliki filosofi berbeda. Walaupun atap seperti rumah tradisional jawa berupa Joglo tetapi berbeda fungsi. Keunikan desa adat di Sumba terdapat kuburan Batu Megalitik yang bisanya dihiasi ukiran atau relief. Kuburan Batu terletak diatas tanah seperti nisan raksasa yang terbuat dari batu berukuran besar dengan berat bisa mencapai 5 sampai 10 ton sehingga saat membuatnya dibutuhkan banyak orang untuk mengangkatnya. “ini salah satu budaya Megalitik yang masih hidup”

 

Landscape Sumba sudah terbanyang sebuah daratan yang kering. Pulau sumba berupa rangkaian pegunungan dan bukit kapur dengan ketinggian sekitar 1.000m. Sumba bagian Barat lebih hijau dibandingkan bagian Timur. Pantai yang indah dan alami tersebar sepanjang pulau Sumba berpasir putih dan disertai batu karang yang menambah keindahan sebuah landscape. Secara umum daratan Sumba kering dan banyak terdapat padang savana serta tumbuhan kayu keras dan terdapat taman Nasional Gunung Wanggameti untuk menjaga ekosistem dan habitat satwa serta kenaeragaman jenis tumbuhan. Walaupun tampak kering namun menyimpan banyak sumber air di lembah2 pegunungan sehingga banyak sungai yang mengalir pada saat musim kemarau. Keunuikan alam sumba yang berbeda dari daerah lain adalah hambaparan savanna yang sangat luas di bagian Sumba Timur. Banyak kuda yang di lepas di alam bebas dan binatang ternak lain seperti sapi khas sumba yaitu Sapi jenis Ongol yang berwarna putih. Hamparan rumput savanna seperti permadanai menyelimuti perbukitan disaat musim penghujan dan akan berubah warna kecoklatan saat musim kemarau.

 

“Mari lestarikan alam Sumba”

 

Ach. zet Zaeni